Alzhaimer

6 Feb

Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian besar kepikunan disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit yang dapat diperlambat, dan kepikunan bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan

Semua orang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai resiko terkena penyakit Alzheimer,sehingga tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki, etnis, dan kelas sosial ekonomi tertentu. Pada akhir-akhir ini sering kita jumpai peningkatan jumlah kasus pada kelompok usia yang lebih muda (sekitar 40 – 50 tahun).

Penyebab Alzheimer saat ini belum diketahui pasti, dari hasil penelitian para ahli menunjukkan adanya keterkaitan anatara faktor gen dan lingkungan penderita. Menurut para pakar orang yang mempunyai resiko terkena Alzheimer adalah:

• Usia menua: Alzheimer dijumpai sebanyak 3 % pada orang berusia 65 – 74 tahun, dan 30 % pada usia diatas 85 tahun.
• Keturunan / genetik: salah satu keluarganya ada yang mengalaminya juga.
• factor lainya : cedera kepala, pendidikan kurang (hipoaktivitas otak), hipertensi, sindrom down, dan jumlah alel gen APO E4.

Tanda-tanda Demensia/Pikun

1. Lupa kejadian yang baru dialami. Bila kita lupa nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.

2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia telah memasak makanan didapur.

3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi orang dengan penyakit Alzheimer dapat lupa kata-kata yang sederhana atau menggantikannya dengan kata yang tidak sesuai, sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti.

4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tsb dan tidak bisa mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan gejala penyakit Alzheimer.

5. Tidak mampu membuat keputusan. Contoh:seorang ibu dapat terlarut, asyik dan tenggelam dalam aktivitasnya sementara waktu sampai lupa memperhatikan anak-anaknya. Tetapi orang dengan Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana mestinya, misalnya memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan pakaian tidur.

6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun pemahaman konsep.

7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci.

8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas.

9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang dan kebingungan.

10. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.

Memperlambat Demensia /Kepikunan

Sebenarnya kepikunan dapat diperlambat munculnya dengan cara memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak (olah raga, sosialisasi, berkarya). Makanan yang sehat dan bergizi, kesehatan mental dan fisik juga berperan dalam munculnya gangguan kepukinan.

Hal-hal yang dianggap dapat melindungi seseorang dari Alzheimer adalah gen APO E2&3, pendidikan tinggi (aktivitas otak tinggi), pemakaian Estrogen, dan penggunaan obat anti inflamasi. Meskipun penyebab belum diketahui, namun gangguan mental demensia (kepikunan) ini telah dapat diperlambat dengan baik melalui berbagai upaya. Penatalaksanaan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara mengatasi gejala kognitif dan perilaku serta memperbaiki fungsi kehidupan pasien sehari-hari.

Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa pemakaian hormon estrogen, penggunaan obat anti inflamasi, nikotin dan hormon pemacu pertumbuhan bisa memperlambat terjadinya kepikunan. Pengenalan dini terhadap gangguan ini sangat berarti dalam menatalaksana pasien dan keluarganya. Jika proses demensia telah berlanjut maka biasanya penatalaksanaan menjadi lebih kompleks.

Alzheimer Tak Muncul Kalau Ngumpul

Kesepian pada orang lanjut usia memicu risiko ganda serangan alzheimer.
Anda sering merasa kesepian? Berhati-hatilah. Berdasarkan penelitian terbaru yang dirilis dalam jurnal Archives of General Psychiatry edisi Februari, perasaan kesepian dapat memicu timbulnya penyakit alzheimer di masa tua dua kali lipat ketimbang mereka yang aktif secara sosial.
Para peneliti dari Rush University Medical Center di Chicago memeriksa kondisi kesepian dan dementia atau kepikunan pada 823 orang. Mereka rata-rata telah berusia lanjut, sekitar 80 tahun. Penelitian ini pun memakan waktu hingga empat tahun. Ketua penelitian, Professor Robert Wilson, dan kawan-kawan memeriksa tingkat kesepian yang dirasakan partisipan dengan memberikan beberapa pernyataan. Para partisipan dipersilakan menilai dari angka satu hingga lima untuk pernyataan yang sesuai dengan kondisi mereka.
Pernyataan yang diberikan pada partisipan antara lain “saya secara umum merasakan kehampaan” dan “saya sering merasa diabaikan”. Pada awal penelitian, skor rata-rata kesepian para partisipan mencapai 2,3 pada skala 1 (terendah) hingga 5. Selama masa penelitian, 76 partisipan mengidap penyakit alzheimer. Menurut para peneliti, setiap peningkatan skor kesepian berisiko meningkatkan 51 persen kemungkinan munculnya penyakit tersebut. Ini berarti, partisipan dengan skor tertinggi, yakni 3,2, akan memiliki risiko 2,1 kali lipat mengidap alzheimer ketimbang partisipan dengan skor yang rendah.
Isolasi sosial selama ini memang sering dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya penyakit dementia. Namun, untuk pertama kali, para peneliti berusaha memahami kesepian yang dirasakan oleh para partisipan. Menurut Wilson, terdapat dua ide besar dalam penelitian ini.
Yang pertama, kata Wilson, untuk menegaskan apakah kesepian menjadi salah satu faktor risiko munculnya penyakit alzheimer. “Sedangkan yang kedua, untuk mengetahui hubungan di luar tipikal neuropatologi,” ujar pria yang juga berkiprah sebagai profesor neuropsikologi di universitas tersebut.
Namun, hasil otopsi terhadap 90 partisipan yang meninggal selama penelitian menunjukkan kesepian tidak memiliki korelasi terhadap perubahan karakteristik otak, seperti sumbatan dan kekacauan saraf, yang biasa dihubungkan dengan penyakit alzheimer. Alhasil, penelitian ini belum bisa menemukan mekanisme konkret antara kesepian dan alzheimer. Meski begitu, para peneliti menyimpulkan terdapat kemungkinan yang sangat besar soal adanya hubungan antara kesepian dan dementia ataupun alzheimer.
Menurut Wilson, kesepian mungkin mempengaruhi sistem dalam otak yang berkaitan dengan kecerdasan dan ingatan. Hal ini membuat orang-orang yang kesepian semakin rentan terhadap kemunduran saraf saat usia semakin bertambah. “Kita harus mewaspadai dampak kesepian yang ternyata tak hanya berakibat secara emosional, tapi juga secara fisik,” paparnya.
Ketua Eksekutif Alzheimer’s Research Trust Rebecca Wood menyambut baik hasil penelitian ini, yang disebutnya sangat mengesankan. Pendapat yang sama muncul dari kepala penelitian pada Alzheimer’s Society, Dr Susan Sorensen. “Penelitian ini menunjukkan hubungan yang cukup jelas antara minimnya aktivitas sosial seseorang dan semakin tingginya risiko munculnya gejala dementia dan alzheimer,” ujarnya. Meski begitu, ia juga menyoroti hasil otopsi partisipan yang meninggal selama penelitian ternyata tak berkaitan langsung dengan penyakit alzheimer.

Tentunya masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuka tabir hubungan kesepian dan alzheimer. Selama penelitian terus berlangsung, rasanya sudah saatnya Anda semakin mempererat tali silaturahmi dengan siapa pun. Yuk, ngumpul! SITA PLANASARI A | BBC | HEALTHDAYNEWS | KRT INTERNATIONAL | PATIENTPLUS
Atasi Kesepian dengan:

1. Mengikuti kelas untuk manula, seperti melukis atau menulis kreatif, sehingga para orang tua ini dapat berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat sama. Tentu saja hal ini membuat interaksi sosial menjadi menyenangkan.
2. Mengikuti klub buku, pengajian rukun tetangga, acara sosial gereja, dan arisan.
3. Semakin banyak meluangkan waktu dengan anak dan cucu.

3 Responses to “Alzhaimer”

  1. aurel April 16, 2008 at 2:26 am #

    ok,,,

    great,,,

  2. antik April 21, 2008 at 7:32 am #

    Stlh sy baca artikel ini sy jd lbh paham tentang penyakit alzheimer. Ayah sy menderita penyakit ini sejak tahun 2004. Awalny kami sekeluarga tidak menyadari gejala yang timbul, tp awal thn 2007 ayah sy mulai tidak dapat berkomunikasi sama sekali dan puncakny pertengahan 2007 beliau masuk rumah sakit karena mengalami gangguan tidur, komunikasi dan gelisah.
    Kesepian agakny memang jd salah satu penyebab mengapa ayah sy menderita penyakit alzheimer. Beliau dulunya seorang dosen dan aktif di lingkungan masyarakat sekitar rumah, sosialisasinya dengan tetangga cukup baik. tetapi tiba2 semua itu berubah setelah beliau pensiun dan menikah lagi setelah ibu sy meninggal dunia. Kehidupan ibu tiri sy yang tertutup dan sering pindah-pindah tempat tinggal ditambah hubungan kami anak2 ayah dengan ibu tiri yang kurang baik membuat ayah sy semakin lama menjadi pribadi yang tertutup dan mulai menarik diri dari keluarga dan lingkungan sekitar.
    Sekarang ayah tinggal bersama kami anak2ny setelah istrinya memulangkan dengan alasan yang tidak jelas, awalny ini cukup berpengaruh dengan kondisi bapak. Walaupun beliau tidak dapat berkomunikasi dengan jelas tp sebenarny beliau merasakan rasa terbuang dan disia-siakan oleh istrinya, beberapa kali kami melihat beliau menangis dan gelisah sambil mengucapkan kalimat2 yang tidak jelas.
    Dengan usaha dan kesabaran kami berusaha mengembalikan kondisi bapak yang dulu sangat gelisah, tidak bisa tidur, makan dan minum sangat tidak teratur dan emosi yang sering meluap kini menjadi jauh lebih tenang, bisa makan tidur dengan teratur. mudah2an ini bs menjd pelajaran bagi kami semua sebagai anak2nya.

  3. asri June 5, 2009 at 10:56 am #

    terima kasih ya,,,

    jadi bisa nambah pengetahuan..

Leave a comment